Sampai akhir era 90-an masyarakat Kota Kediri masih mengenal dan bisa merasakan lombok (cabe rawit) Bence. Nama lombok ini merujuk pada asal lombok ini yaitu Dusun Bence, Pakunden Kecamatan Pesantren Kota Kediri. Lombok Bence memiliki keunggulan-keunggulan yang tidak dimiliki oleh jenis lombok lain. Selain rasanya lebih pedas, lombok Bence dikenal tahan lama dan tidak mudah busuk. Karena keunggulannya ini lombok Bence harganya lebih mahal dibanding harga lombok-lombok lain yang berasal dari berbagai daerah.
Tidak diketahui secara pasti mengapa lombok Bence memiliki rasa yang lebih pedas dan tidak mudah busuk. Banyak orang beranggapan hal tersebut karena faktor tanahnya, meskipun bibit lomboknya sama tapi kalau ditanam di kawasan Bence hasilnya pasti menjadi "lombok" Bence yang pedas dan tahan lama. Memang kalau kita mencermati beberapa kawasan di Kediri ada daerah-daerah yang memiliki keunggulan tertentu bila ditanami tanaman tertentu pula. Seperti daerah Plosoklaten yang sangat bagus bila ditanami tebu, sehingga tidak heran sejak jalam Belanda dulu daerah Plosoklaten menjadi sentra penghasil tebu unggulan. Atau daerah Ngancar dan Kandat yang menghasilkan nanas kualitas unggul.
Namun sejak tahun 2000-an komuditas lombok Bence sudah tidak dapat ditemukan lagi di pasaran. Bukan karena petaninya yang malas menanam jenis lombok ini tetapi lahan yang digunakan sebagian besar telah berubah fungsi. Lahan tersebut masuk dalam kawasan yang strategis, jalan utama yang menghubungkan Kediri dengan Blitar. Sebagian besar lahan tersebut adalah tanah kas desa Desa Pakunden. Karena letaknya yang strategis dan kepentinga-kepentingan ekonomi yang lebih mengedepan maka lahan lombok Bence "dikorbankan" untuk pembangunan perumahan. Maka sekarang kita tidak lagi kenal dan tidak lagi bisa menikmati pedasnya lombok Bence.
Tidak diketahui secara pasti mengapa lombok Bence memiliki rasa yang lebih pedas dan tidak mudah busuk. Banyak orang beranggapan hal tersebut karena faktor tanahnya, meskipun bibit lomboknya sama tapi kalau ditanam di kawasan Bence hasilnya pasti menjadi "lombok" Bence yang pedas dan tahan lama. Memang kalau kita mencermati beberapa kawasan di Kediri ada daerah-daerah yang memiliki keunggulan tertentu bila ditanami tanaman tertentu pula. Seperti daerah Plosoklaten yang sangat bagus bila ditanami tebu, sehingga tidak heran sejak jalam Belanda dulu daerah Plosoklaten menjadi sentra penghasil tebu unggulan. Atau daerah Ngancar dan Kandat yang menghasilkan nanas kualitas unggul.
Namun sejak tahun 2000-an komuditas lombok Bence sudah tidak dapat ditemukan lagi di pasaran. Bukan karena petaninya yang malas menanam jenis lombok ini tetapi lahan yang digunakan sebagian besar telah berubah fungsi. Lahan tersebut masuk dalam kawasan yang strategis, jalan utama yang menghubungkan Kediri dengan Blitar. Sebagian besar lahan tersebut adalah tanah kas desa Desa Pakunden. Karena letaknya yang strategis dan kepentinga-kepentingan ekonomi yang lebih mengedepan maka lahan lombok Bence "dikorbankan" untuk pembangunan perumahan. Maka sekarang kita tidak lagi kenal dan tidak lagi bisa menikmati pedasnya lombok Bence.
LOMBOK BENCE Pudar, akibat ulah para makelar dengan simbol "BONSAY BERINGIN", "SEGILIMA BUTOLOCO" dan LSM KRIBO JAYA. Saat itu Klasifikasi kesuburan tanah yang diukur oleh Pabrik Gulan Pesantren masuk kelas 4B. Konon dulu kala tempat itu dijadikan Doprok pipis oleh Mbah rondo Dadapan saat perjalanan pulang blonjo dari pasar Gulo Alun alun yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan ALKID (alun alun kidul). Saat pelepasan lahan subur itu kepada pengembang PT. Kembang Jawa Permai, ada salah seorang masyarakat Lingkungan Bence yang dleming setelah disusupi Mbah Rondo Dadapan. "Titenono sampek o suk poro makelar tanah subur iki, ora bakal enak uripe, umpomo pingin macung jabatan kang luweh duwur ora bakal keturutan". ndlemingnya Arwah Mbah rondo Dadapan memang rodok ono benere. Buktinya salah seorang makelar penjajah tanah Subur, pingin macung Walikota lilo kandas dadi calon wakil walikota. Banjur wayah pilihan walikota, ora dadi jalaran wong Bence mledingno silit sambil nggremeng "Luweh Becik nyoblos bokongku, tinimbang nyoblos gambar Raine Den bagus Mlirit. From Je^nggo.
BalasHapus